Rabu, 04 Desember 2013

Resensi Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di sekolah

Nama     : Riska Latifatul Husna
Kelas     : PGMI 1E  
Nim       : 2817133159
Judul Buku                   : Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di sekolah
Penulis                         : Jamal Ma’mur Asmani
Penerbit                       : DIVA Press (Anggota IKAPI) Jogjakarta
Tahun Terbit                : September 2011
Cetakan                       : Pertama
Warna sampul             : Putih
Panjang                       : ± 20 cm
Lebar                           : ± 14 cm
Tebal                           : ± 1 cm
Jumlah Halaman          : 203 halaman
ISBN                           : 978-602-978-841-9
Harga                          : Rp.30.000,-
Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan spirit yang kuat. Karakter yang kuat merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pemenang dalam medan kompetisi pada era hiperkompetitif ini.
Adapun bagi seseorang yang lemah mentalnya, ia hanya menjadi pecundang, teralienasi, dan termarginalkan dalam proses kompetisi global yang ketat. Oleh sebab itu, implementasi pendidikan karakter menjadi keniscayaan untuk membangun bangsa Indonesia yang bermental pemenang di masa yang akan datang. Buku berjudul “Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di sekolah” ini sangat bermanfaat untuk mengetahui peran guru dalam pendidikan karakter.
Betapa pentingnya pendidikan karakter di sekolah karena menurut Ali Ibrahim akbar,  selama ini praktik pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis), yang lebih bersifat mengembangkan intelegence quotient (IQ). Sedangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intelegence (EQ) dan spiritual intelegence (SQ) sangat kurang.
Faktor lainnya yang menjadikan pendidikan karakter sangat penting untuk dipraktikkan adalah adanya problem akut yang menimpa bangsa ini. Karakter generasi muda sudah berada pada titik yang yang sangat mengkhawatirkan. Moralitas bangsa ini sudah lepas dari norma, etika agama, dan budaya luhur. Seks bebas menjadi fenomena tanpa bisa dibendung sedikitpun. Dalam hal ini penulis menyajikan beberapa fakta hasil penelitian, misalnya sebanyak 42,3% pelajar di Cianjur telah berhubungan seks pranikah (Waspada, edisi 11 Februari, 2007). Selain itu, penelitian yang dilakukan di lima kota di tanah air sebanyak 16,35% dari 1.388 responden remaja mengaku telah melakukan hubungan seks di luar nikah atau seks bebas. Sebesar 42,5 % responden di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan hubungan seks di luar nikah. Sedangkan 17% responden di Palembang, Sumatra Selatan, Tasik Malaya, dan Jawa Barat juga mengaku melakukan tindakan yang sama. Bahkan di kota-kota besar lainnya, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya juga sangat tinggi, bahkan melebihi 50%. Yang lebih mengejutkan untuk kota Yogyakarta, sekitr 97,05% remaja di sana telah melakukana seks bebas.
Pendidikan karakter membutuhkan proses atau tahapan secara sistematis dan gradual sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Atas dasar itulah menurut penulis, karakter harus dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Sebagaimana pendapat M. Furqon Hidayatullah yang mengklasifikasikan pendidikan karakter dalam beberapa tahap, berdasarkan hadits Rosulullah SAW. Tahap-tahap tersebut adalah a). tahap penanam adab (umur 5-6 tahun), b). tahap penanaman tanggung jawab (umur 7-8 tahun), c). tahap penanaman kepedulian (umur 9-10 tahun), d). tahap penanaman kemandirian (umur 11-12 tahun), dan e). tahap penanaman pentingnya bermasyarakat ( umur 13 tahun ke atas).
Akhirnya, yang menjadi kunci internalisasi pendidikan karakter kepada peserta didik adalah peranan guru. Guru merupakan sosok yang menjadi idola bagi anak didik. Keberadaannya sebagai jantung pendidikan tidak bisa dipungkiri. Baik atau buruknya pendidikan sangat bergantung pada sosok yang satu ini. Segala upaya sudah harus dilaksanakan untuk membekali guru dalam menjalankan fungsinya sebagai aktor penggerak sejarah peradaban manusia dengan melahirkan kader-kader masa depan bangsa yang berkualitas paripurna, baik sisi akademik, afektif, dan psikomotorik. Menurut E. Mulyasa, fungsi guru itu bersifat multifungsi. Ia tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaru, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator. (Mulyasa, 2005;37-64).
Menurut Sri Endang Susetiyawati yang dikutip penulis, dalam konteks sistem pendidikan di sekolah sekurang-kurangnya pendidikan karakter harus memperhatikan tiga hal. Pertama, guru harus ditempatkan dan dikembalikan pada hakikatnya sebagi pendidik, bukan sebagai pengajar semata yang hanya mentransfer pengetahuan di ruang kelas. Kedua, harus diikuti dengan sistem pembelajaran yang sungguh-sungguh menempatkan sosok guru sebagai orang yang paling tahu tentang kondisi dan perkembangan anak didiknya khususnya yang berkaitan dengan masalah kepribadian atau karakter siswa tersebut. Ketiga, perlu digalakkan kembali sistem evaluasi yang lebih menitik beratkan pada penilaian aspek afektif.
Selain menyajikan data-data hasil penelitian para pakar pendidikan karakter yang akurat dan didukung dengan referensi yang baik, penulis juga memudahkan pembaca untuk menemukan inti materi karena penulis memberi bingkai bagian-bagian yang penting secara khusus sehingga pembaca bisa mengetahui hal-hal yang bersifat prinsip. Kesatuan dan kepaduan antar bab menjadikan buku ini sangat lengkap dalam pembahasannya. Kalimat yang digunakan penulis dalam buku ini sangat mudah untuk dipahami.
Pada bagian terakhir buku ini, penulis menyajikan karakter-karakter tokoh-tokoh yang patut diteladani. Sayangnya, beberapa tokoh yang disajikan hanya terkenal di daerah dan kalangan tertentu saja sehingga tidak banyak orang yang mengenal tokoh tersebut.

Meski adanya sedikit kekurangan, buku ini adalah salah satu buku yang sangat penting untuk dimiliki para pendidik karena di saat terjadinya kegalauan dunia pendidikan dalam menanamkan karakter pada peserta didik, buku ini memberikan panduan dan langkah-langkah tepat dalam menginternalisasikan pendidikan karakter di sekolah.

1 komentar: